Jumat, 27 Desember 2013

Tips Memelihara Burung Hantu


Setelah burung hantu pertama saya mati (lihat postingan saya sebelumnya), saya lebih giat lagi mempelajari detail seputar pemeliharaan burung hantu. Dan hasilnya, ada beberapa tips dasar sebagai poin penting yang bisa saya bagikan, yaitu:

1.      Jangan memasukkan burung hantu ke dalam sangkar.


Burung hantu berbeda dengan burung kicauan yang cukup ditempatkan di dalam sangkar. Walaupun terlihat pendiam dan tidak aktif, burung hantu akan cenderung cemas dan stres jika dikurung di dalam sangkar seperti burung kicauan. Cara terbaik adalah dengan menempatkan burung hantu di atas tangkringan atau tenggeran (perch). Tangkringan bisa kita beli atau dibuat sendiri menggunakan bahan kayu, paralon, atau besi yang dilapisi tali atau kain. Jika burung hantu sudah jinak dan merasa nyaman dengan pemiliknya, tidak perlu menggunakan tali pengikat di tangkringan karena tidak akan kabur. Tetapi jika belum jinak dan dikhawatirkan kabur, perlu disediakan peralatan khusus untuk pengikat kakinya. Karena itu, penting bagi kita untuk menyiapkan tangkringan dan peralatan yang diperlukan terlebih dahulu sebelum kita membeli atau mengadopsi burung hantu. 

2.      Berikan makan dan minum yang tepat dan tidak berlebihan.


Pakan burung hantu secara umum adalah jangkrik, dan sebaiknya diberikan pakan pada pagi hari dan malam hari secukupnya (10 jangkrik ukuran besar tiap pagi dan malam hari). Selain jangkrik, ada berbagai macam makanan tambahan seperti misalnya anak ikan mas, anak tikus, tikus putih, atau burung emprit. Hindari memberi pakan burung hantu berupa daging olahan seperti bakso atau sosis karena sudah mengandung bahan kimia olahan yang berbahaya bagi pencernaan burung hantu. Demikian pula hindari memberi pakan berupa daging ayam mentah atau ikan lele karena biasanya sudah tercampur zat pertumbuhan yang malah bisa mengganggu pencernaan burung hantu. Dengan kata lain, makanan terbaik untuk burung hantu adalah binatang yang masih hidup, bukan daging olahan. Berikan pula minuman secukupnya. Banyak orang mengira burung hantu tidak memerlukan minum. Pendapat itu salah besar, karena burung hantu juga memerlukan air minum yang cukup, bahkan jika sudah terlatih hewan ini juga senang bermain di kubangan air yang disediakan untuk minum atau membersihkan diri. 

3.      Kelola stres yang dialami burung hantu dengan teknik yang tepat.


Kecemasan yang melanda burung hantu akan menjadikan hewan ini stres sehingga menyebabkan kematian. Selain tidak meletakkan burung hantu di dalam sangkar, kita harus memperlakukan burung hantu sebagai partner, bukan sebagai peliharaan semata. Cara yang bisa dilakukan adalah sering memberi sentuhan lembut (mengusap-usap), menyapa di saat memberi makan atau melihatnya, dan tidak panik saat dipatuk atau dicakar (jika pemiliknya panik, burung hantu akan ikut panik hingga bisa stres). Jika burung hantu kita perlakukan dengan baik sebagai partner, burung hantu akan menjadi jinak dan merasa aman berada dalam pemeliharaan kita. 

4.      Jangan menjemur burung hantu di tempat yang terlalu panas atau terlalu dingin.


Hindari menjemur burung hantu di siang hari ketika cuaca terik dan panas. Burung hantu bisa mati jika dikondisikan dalam cuaca seperti itu. Burung hantu adalah hewan nocturnal, yaitu hewan yang aktif di malam hari ketika cuaca cenderung dingin, jadi walaupun bisa dikeluarkan pada pagi atau siang hari tetap harus dijaga dari kondisi panas yang berlebihan. Demikian juga penting menghindari burung hantu dari kondisi cuaca yang terlalu dingin. Jika kita meletakkan burung hantu di luar rumah dan dalam kondisi yang sangat dingin, misalnya hujan besar dengan angin yang kencang, sebaiknya masukkan burung hantu ke dalam rumah atau tempat yang hangat.


     Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat, khususnya bagi para pemula pemelihara burung hantu.

Jumat, 20 Desember 2013

Waspadalah Membeli Hewan di Pasar Jatinegara!!!


Suatu hari istri saya bilang ingin sekali memelihara burung hantu, katanya hewan itu lucu. Walaupun saya kurang tertarik dengan hewan itu, saya bersedia memenuhi permintaan istri demi membuatnya senang. Akhirnya saya mulai browsing di internet untuk mencari tahu seluk-beluk mendapatkan burung hantu dan pemeliharaannya.


Singkat cerita, saya tertarik membeli seekor burung hantu jenis celepuk yang ditawarkan di sebuah Grup di Facebook. Setelah saya konsultasikan kepada seorang teman yang hobi memelihara hewan, dia menyarankan beli di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Pertimbangan teman saya adalah harga hewan di Pasar Jatinegara jauh lebih murah dibandingkan yang ditawarkan di internet. Tapi teman saya juga mengingatkan bahwa risiko beli hewan di Pasar Jatinegara agak tinggi, pasalnya banyak pedagang yang menipu dan menjual hewan yang kondisi sebenarnya tidak sehat. Jadi, untung-untungan saja kalau bisa dapat hewan yang kualitasnya bagus.


Akhirnya, sampailah kami di Pasar Jatinegara. Di pasar ini banyak sekali jenis hewan yang diperdagangkan, ada reptil, unggas, berbagai jenis ikan, bahkan beberapa jenis hewan langka yang sebenarnya dilindungi dan tidak boleh diperjualbelikan. Baru saja masuk di ujung jalan kami sudah menemui seorang pedagang burung hantu. Saya pun melihat-lihat dan agak tertarik karena ukuran burung hantunya besar walau agak lemas. Saya pikir mungkin karena dikurung di kandang yang sempit dan belum dikasih makan. Si pedagang membuka harga 250 ribu untuk 1 ekor burung hantu ukuran sedang. Saya tawar 50 ribu tapi ditolak. Katanya, "Kalo 50 mah belum dapet, Mas! Ya udah, 200 aja deh gak apa-apa." Saya belum mau menawar lagi, lalu saya tanya pura-pura tidak tahu, "Ini celepuk ya, Bang?" Si pedagang menjawab, "Bukan, Mas. Ini jenis Burhan." Mendengar jawabannya saya menahan ketawa dalam hati sampai ingin kentut. Ternyata si pedagang ini penipu. Dia menyangka saya tidak tahu sama sekali soal burung hantu. Padahal saya sudah sedikit mempelajari burung hantu di internet.



Kemudian terjadi percakapan dan tawar menawar lebih lanjut antara saya dan si pedagang.

"Burhan itu maksudnya burung hantu, kan?" tanya saya.

Lalu dijawab, "Bukan, Mas. Ini burung hantu jenis Burhan."

“Itu ukurannya cuma segede itu apa bisa gede lagi, Bang?”

“Kalo jenis burhan ini bisa gede lagi, Mas… Bisa sampe setengah meter.”


Lagi-lagi jawaban menipu si pedagang mebuat perut saya mulas menahan tawa. Padahal saya sudah mempelajari dari beberapa artikel bahwa burung hantu jenis celepuk tidak bisa sebesar itu, karena tergolong burung hantu mini. Sementara teman saya bibirnya sudah menyon-menyon menahan tawa menyaksikan percakapan saya dengan si pedagang. Kemudian saya pura-pura tanya ke teman saya apa mau dibeli atau tidak. Teman saya bilang nanti saja, mau lihat-lihat yang lain dulu. Si pedagang terlihat kesal, kemudian dengan agak memaksa dia minta saya untuk menawar lagi. Tapi saya sudah tidak tertarik membeli karena si pedagang tidak jujur.

Akhirnya, agak ke dalam lagi hampir di ujung pasar hewan Jatinegara, saya mendapati seorang pedagang lain yang agak jujur dan harga celepuknya juga tidak mahal. Singkatnya, saya jadi membeli seekor celepuk brancher seharga 80 ribu. Setelah membeli celepuk itu, saya berkeliling mencari equipment dan kandangnya. Tapi sayang tidak ada yang menjual. Kemudian saya beli sangkar burung biasa untuk sementara, niatnya sih akan membuat angkringan sendiri di rumah dan membeli equipment secara online di internet.

Saat akan keluar dari Pasar Jatinegara, si pedagang pertama mendatangi saya sambil bilang, "Lho kok gak jadi beli di tempat saya, Mas? Malah udah beli sangkar segala..."

"Maaf, Bang... harganya murahan di sana," jawab saya sambil menunjuk tempat saya membeli celepuk.

"Ya udah, beli sama saya 50 ribu aja deh! Ayo!" ajak si pedagang setengah memaksa.

Saya agak kaget juga si pedagang banting harga jauh banget dari 250 ribu sampai ke 50 ribu. Gila! Benar-benar harus pintar nawar nih kalau ke sini, pikir saya. Saya tidak memedulikan si pedagang dan terus berjalan keluar, sementara si pedagang ngomel-ngomel gak jelas sambil monyong-monyong seperti mulutnya Suneo.

Dalam perjalanan pulang, saya membeli pakannya berupa jangkrik. Harganya cukup murah, beli 5 ribu dapet jangkrik seabrek. Teman saya juga ikut membeli pakan untuk sugar glidernya berupa ulat jerman & ulat hongkong. Sampai di rumah, istri saya senang sekali karena saya belikan burung hantu--yang akhirnya dia beri nama Hedwig seperti nama burung hantu Harry Potter. Dan ternyata celepuk yang saya beli sangat doyan jangkrik dan juga ulat jerman. Kami pikir tidak ada masalah dan menganggap celepuknya sehat karena doyan makan dan agresif.

Selama memelihara Hedwig, istri saya sangat antusias merawatnya. Saya pun langsung membeli 1 set celepuk equipment dan membuatkan angkringannya. Tapi sayang, di hari ke-5 ternyata celepuk itu mati. Padahal malamnya masih doyan makan jangkrik sampai 10 ekor. Anehnya, kok besok pagi harinya sudah mati? Yang jelas memang sudah takdir si celepuk mati hari itu dijemput malaikat pencabut nyawa. Saya lalu berpikir mungkin penyebab kematiannya karena celepuk itu stres, keracunan, atau memang kondisinya sudah sakit sejak dibeli tapi saya tidak mengerti. Istri saya sedih sekali melihat hewan peliharaannya mati.Saya berjanji pada istri akan membelikan lagi yang baru, tapi saya minta waktu untuk mempelajari lebih jauh tentang hewan itu sambil mempersiapkan kandang dan equipment yang layak. Saya katakan kepada istri bahwa jangan sampai kita hanya membeli hewan tapi tidak bisa merawatnya. Kasihan si hewan kalau malah sakit atau mati. Lebih baik punya persiapan yang matang baru adopsi hewan. Alhamdulillah istri saya bisa mengerti penjelasan saya, dan kini saya masih sedang belajar seputar burung hantu dan jenis BOP (Bird Of Prey) yang lain. Sekarang saya malah jadi tertarik dengan hewan ini, burung hantu. Mudah-mudahan dalam waktu dekat saya bisa adopsi lagi celepuk atau burhan jenis lain dalam kondisi sehat dan dengan pemeliharaan yang benar.


Pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah saya tersebut adalah kita harus ekstra hati-hati membeli hewan di Pasar Jatinegara atau pasar mana pun agak tidak tertipu harga murah dan supaya mendapatkan hewan yang berkualitas. Dan satu lagi hal yang perlu kita perhatikan bersama adalah jangan memelihara hewan hanya karena gaya-gayaan atau gengsi, tapi cintailah dan rawatlah hewan peliharaan kita selayaknya kita memperlakukan diri kita sendiri.